Tuesday, March 15, 2011

SELF REGULATORY LEARNERS (Universitas Paramadina)

Disusun Oleh: ARIF FIRMANSYAH (209000009)

Universitas Paramadina, 2010

  1. A Self Regulatory Learner

Pendidikan dan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan perilaku dan kepribadian. Motif seseorang untuk belajar berbeda antara satu dengan yang lainnya. Seseorang mempunyai tujuan dalam belajar untuk mencapai impian dan cita-citanya, hal ini tercermin dalam perilaku sehari-hari seperti manajemen waktu dan manajemen diri.

Manajemen diri (self management) dalam dunia pendidikan biasa disebut dengan regulasi diri (self-regulatory); peserta didik yang memiliki regulasi diri disebut dengan Self-Regulatory Learner. Menurut saya, Self-Regulatory Learner merupakan hal yang perlu dibahas tentang sumber atau faktor-faktor yang menyebabkan seseorang memiliki kemampuan tersebut.

Faktor seseorang menjadi self-regulatory learner menurut kajian psikologi dapat terjadi karena Nature (bawaan) atau Nurture (lingkungan). Nature dan Nurture sampai sekarang masih berdebat dalam hal penentuan perilaku seseorang; dalam hal gaya belajar misalnya, Tiga per lima gaya belajar bersifat genetis, sisanya melalui pengalaman (Praising, 2007).

Self-Regulatory Learner is people who reward their own behavior achieve significantly higher levels of performance than those who perform the same activities under instruction but receive no reinforcement, are rewarded non contingently, or monitor their own behavior and set goals for themselves but do not reward their attainments. (Bandura, 1978: 351)

Karakteristik Self-Regulatory Learner (Winne, 1995, 1997, 2001) adalah sebagai berikut:

  • Bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi;
  • Menyadari keadaaan emosi mereka dan mempunyai strategi untuk mengelola emosinya;
  • Memonitor kemajuan ke arah tujuan secara periodik;
  • Menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat;
  • Mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan.

Covey, 2004

Penulis biasa menyebut a Self-Regulatory Learner dengan sebutan ‘SEREL’. SEREL dapat memadukan pengetahuan, keahlian dan sikapnya menjadi sebuah kebiasaan yang efektif dengan meminimalisir risk costs dengan sangat cerdas. Mereka belajar karena rasa kebutuhan dan disenangi banyak orang akan sikapnya.

Mahasiswa Universitas Paramadina walau jumlah pastinya SEREL belum diketahui (belum ada survei), namun SEREL biasanya tersebar pada mahasiswa/i yang menerima beasiswa, seperti beasiswa Djarum, Paramdina Social Responsibility, Paramadina Fellowship dan beasiswa-beasiswa lainnya. Hal ini dikarenakan adanya motivasi eksternal yang membuat mereka mempunyai good self management sehingga mereka dapat survive dengan beasiswa mereka dan membuktikan diri mereka memang layak menjadi seorang penerima beasiswa. Semoga esai ini dapat menjadi referensi alternatif dan menjadi refleksi bersama tentang situasi regulasi diri mahasiswa Universitas Paramadina.

  1. A Self Regulatory Learner and Self Management

Menurut J.W. Santrock pembelajaran regulasi diri adalah memunculkan diri memonitor sendiri pikiran, perasaan dan perilaku untuk mencapai suatu. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik dan mengajukan pertanyaan yang relevan) atau tujuan emosional (mengontrol kemarahan dan belajar akrab dengan teman sebaya).

Selanjutnya Miller & Brown (dalam Neal & Carey, 2005) memformulasikan Self Regulation sebanyak tujuh tahap yaitu:

  1. Receiving atau menerima informasi yang relevan
  2. Evaluating atau mengevaluasi informasi.
  3. Triggering atau membuat suatu perubahan.
  4. Searching atau mencari solusi.
  5. Formulating atau merancang suatu rencana.
  6. Implementing atau menerapkan rencana.
  7. Assesing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat.

Sumber: www.google.com/gambar-self-management

Tujuh tahap diatas merupakan Self Management Process yang bersumber dari informasi yang SEREL dapat dari berbagai sumber. Sehingga mereka memiliki pilihan berdasarkan kebijakan-kebijakan yang mereka buat untuk diri mereka sendiri, hal ini akan tercermin dalam sebuah action yang berkorelasi dengan informasi awal. Seluruh bagian diri (Mind, Body and Soul) seorang SEREL yang terintegrasi dengan regulasi diri/good self management akan mempengaruhi aktivitas mereka dalam belajar, bekerja dan berkeluarga di lingkungan kampus, rumah, organisasi bahkan eksistensi mereka di dunia ini.

Self Management seorang SEREL tak lepas dari mereka mengatur waktu mereka (time management), sehingga membentuk diri mereka yang disiplin, mengatur waktu belajar, berorganisasi, bermain dan belajar. Universitas Paramadina dengan ukuran kampus yang kecil dan jumlah mahasiswa yang tidak begitu banyak (kurang lebih 4000 mahasiswa). Disini, berdasarkan pantauan penulis, untuk para SEREL biasanya terasa sangat sibuk. Contohnya, mereka kuliah mulai dari pukul 07.00 pagi selesai jam 17.30, biasanya ada rapat setelah isya belum lagi ada latihan-latihan ekstrakuriler (futsal, taekwondo, dll), SEREL melakukan ini hampir dari senin-jumat, namun mereka tak mengenal lelah, karena mereka berkeyakinan ini semua merupakan sebuah kebutuhan untuk mencapai kesuksesan. Ketika mereka terlalu larut mengeluh, mereka akan cepat stres dan berujung pada sakit serta harus bedrest di kostan atau asrama bagi mahasiswa Paramadina Fellowship. Oleh karena itu, good self management sangat diperlukan bagi seorang SEREL, bukan seorang SEREL namanya jika dia tidak memiliki good self management. SEREL memiliki visi dan misi tentang kesuksesan di masa yang akan datang dan kepribadian yang disukai banyak orang serta mereka diharapkan dapat menjadi agent of change di lingkungan Universitas Paramadina serta mampu menyebarkan ‘virus SEREL’ sehingga perlahan-lahan mahasiswa Universitas Paramadina memiliki good self management.

  1. Refleksi

Sumber: www.google.com/gambar-self-management

SEREL merupakan kepribadian yang unik, karena belum seluruh mahasiswa unversitas Paramadina memilikinya. Mungkin mereka sudah mengetahuinya, namun mereka belum siap untuk mengimplementasikannya. SEREL memiliki bakat dan skil diatas rata-rata, misalnya mereka ahli matematika, ahli dalam menghapal sesuatu, ahli fotographi atau ahli negosiasi; mereka melakukan segala rutinitas dengan passion, sehingga mereka selalu bersemangat melakukan sesuatu; belajar dengan sungguh-sungguh dan berdedikasi terhadap organisasi merupakan sebuah kebutuhan untuk mencapoai kesuksesan; dan mereka memiliki nurani yang lembut dan penuh kasih sayang dalam bergaul dengan sebaya, bersosialisasi dengan sesama dan hormat pada pengajar serta orang yang lebih tua.

SEREL bukan merupakan sesuatu yang menuntut semuanya perfect namun SEREL adalah kesadaran dari diri sendiri untuk melakukan semuanya dengan lebih baik kepada semua orang. Mahasiswa yang dikenal dengan idealisme mereka, sebenarnya mudah untuk mejadi seorang SEREL, karena SEREL banyak dilakukan oleh mahasiswa, bukan oleh orang tua atau anak-anak. Proses kemahasiswaan berpeluang besar untuk menjadi SEREL, jika mahasiswa itu dapat memanfaatkan kesempatan dan selalu berusaha untuk selangkah lebih maju dibanding mahasiswa lainnya.

Ironis memang jika di atmosfer Universitas Paramadina, masih ditemukan mahasiswa/i yang dikejar-kejar deadline tugas sehingga menyebabkan dia stres/sakit bahkan berusaha untuk menghalalkan segala cara, memang tidak mudah untuk memulai suatu kesadaran mulai dari dalam diri; sebuah permulaan merupakan setengah dari pekerjaan; begitu juga menjadi SEREL, belum banyak referensi atau penelitian tentang SEREL dan semuanya jika kita baca, menurut saya masih menggambarkan wacana idealisme bagi diri seseorang. Teori dan beberapa penelitian tentang kepribadian dan habits masih merupakan pembicaraan inti tentang regulasi diri. Namun dengan tidak mengenyampingkan dari mana SEREL terbentuk, bawaan (nature) atau lingkungan (nurture). Esai ini disusun berdasarkan pengalaman dan berharap dapat menyadarkan serta memotivasi mahasiswa/i Universitas Paramadina.

Referensi:

- Covey, Stephen R.2004. The 8th Habits. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

- Firmansyah, Arif.2010. Sebuah makalah ”A Self Regulatory Learner, Nature or Nurture?” Jakarta: Universitas Paramadina.

- Firmansyah, Arif.2010. Sebuah esai “Bagaimana Saya Sebagai Mahasiswa Memandang Kompetisi dan Universitas Paramadina Sebagai Tempat Untuk Menyiapkan Diri Saya. Jakarta: Universitas Paramadina.

- Firmansyah, Arif.2010.Sebuah Karya Ilmiah “Mahasiswa sebagai Subjek Tridharma Perguruan Tinggi”. Jakarta: Universitas Paramadina

- Santrock, John W.(2007). Psikologi Pendiidkan. ed. Ke-2. (Tri Wibowo B.S. Terj.) Jakarta: Kencana-Prenada Media group.

- Suci, Rema Rahma.(2008). “Perbedaan Self-Regulation Pada Mahasiswa yang Bekerja dan Mahasiswa yang Tidak Bekerja”. Jurnal ilmiah psikologi INQUIRY. Jakarta: Universitas Paramadina.

1 comment: