“Gw kangen
banget ngajar” ucapku pada seorang sahabat. “Rif, walaupun lu ga ngajar di sekolah, tapi lu tetep ngajarin orang,
liat gw, liat temen-temen kita yang lain, lu udah ngajarin kita banyak hal,
bukan aja ngajarin mata kuliah tapi ngajarin survive dalam kehidupan, nyadarin
pentingnya bertanggung jawab terhadap masa kini untuk masa depan, itu semua
lebih dari sekedar ngajar di kelas Rif ”.
Percakapan itu
selalu teringat walau sudah satu tahun yang lalu. Baiklah, aku sekarang adalah
seorang mahasiswa psikologi di universitas swasta di Jakarta yang mendapatkan beasiswa penuh 100%.
Aktivitas sekarang hanya kuliah, menjadi event
organizer dan membuat acara-acara sosial bagi kelompok marginal.
Detik demi
detik, hari demi hari, hati ini selalu merindukan mengajar. Mungkin karena
sudah menjadi bagian dari kehidupan dan cita-cita, hasrat untuk menjelaskan
sesuatu hal baru di depan peserta didik menjadi sebuh kebutuhan primer. Namun
aku berpikir, presentasi depan kelas, melakukan penelitian berkelompok, menjadi
tutor untuk teman-teman baik formal atau informal, menjadi sahabat yang
menginspirasi temannya, menjadi seorang tokoh yang bermanfaat bagi lingkungan.
Bukankah itu yang harus juga ditargetkan oleh seorang pendidik?
Panggung seorang
pendidik bukan hanya di dalam kelas dan di depan siswa berseragam,
implementasinya tidak sesempit itu, namun diluar, dunia ini adalah panggung
seorang pendidik untuk mengimplementasikan ilmunya, peserta didiknya adalah
semua orang. Menjadi seorang ketua kelas, menjadi seorang manajer, direktur,
menajdi seorang ayah, kakak, menjadi seorang koordinator demo, menjadi seorang
koordinator pemulung se-DKI, menjadi presiden sampai menjadi Sekjen PBB pun
pada hakikatnya kita adalah seorang pendidik.
Tantangan
globalisasi membuat transformasi atau perubahan terhadap implementasi dari
sebuah proses pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia memang banyak kekurangan,
tidak secara optimal mendidik kita menghadapi tantangan global. Tetapi hal ini
seharusnya membuat kita tersenyum lebar karena mendapatkan kesempatan untuk
mandiri mendidik diri sendiri dan orang-orang sekitar kita dengan lebih bebas
dan optimal.
Jika kita
sadari, banyak profesi yang merupakan transformasi dari sekedar seorang guru,
misalnya konsultan, trainer, motivator dan sebagainya. Mereka semua dibayar
tinggi, mengapa? Karena mereka mendidik untuk belajar kehidupan. Apakah kita
menginginkan hanya menjadi subjek mereka? No. No. No. kita diberi otak yang
sama-sama unlimited capacity, kita hanya
perlu menyadarkan diri bahwa kita harus tetap membutuhkan pendidikan, kita
harus belajar terus menerus sepanjang hayat kita, menulis dan membaca adalah
hal termudah dalam implementasi belajar.
Waktu terus
berjalan maju ke depan, yang dapat memanfaatkan waktu, dialah yang akan survive. Masa depan membutuhkan manusia
yang terdidik dan dapat mendidik diri sendiri dan orang lain. Kita harus dapat
beradaptasi terhadap perubahan, karena perubahan akan tetap selalu terjadi.
Rektor
universitas paramadina Anies R. Baswedan pernah mengatakan kita harus memiliki global competency and grassroot
understanding. Inilah yang wajib dimiliki seorang pendidik agar layak
dicatat dalam buku biografi masing-masing. Menjadi seorang pendidik harus dapat
mengimplementasikan apa yang dimilikinya dalam setiap sisi kehidupan. Kita
semua adalah pendidik, maka kita bertanggung jawab atas masa depan anak cucu
kita, kita harus siap mencetak pendidik-pendidik baru yang mampu menghadapi
masa depan. seorang pendidik harus berdoa secara luar biasa, berpikir secara
luar biasa, bertindak secara luar biasa, sehingga dia akan menjadi seseorang
yang luar biasa karena masa depan di dunia dan surga hanya untuk manusia yang
luar biasa.
Menjadi pendidik
adalah kebutuhan setiap individu, setiap individu berhak dan berkewajiban
menjadi seorang pendidik. Buktinya lihatlah ke kanan, ke kiri, ke belakang dan
ke depan kalian. Kita memberi dan menerima, menerima manfaat dan memberi
manfaat dari sebuah pengetahuan dan pengalaman. Ingin menjadi pendidik yang
baik harus diawali dengan menjadi peserta didik yang baik dulu. Pada
hakikatnya, kita merupakan makhluk yang mendidik dan dididik hingga akhir hayat,
mari kita melayakkan diri kita untuk itu semua, semoga.
cerita yang bagus dan menginspirasi
ReplyDeletenice post
Obat Herbal Fistula Ani
Obat Herbal Tulang Keropos Ampuh
Obat Herbal Kanker Kandung Kemih
Obat Herbal Amandel Kronis
Obat Herbal Vertigo Akut
Obat Herbal Glaukoma
Obat Herbal Ispa
Obat Herbal Disentri
Obat Herbal Varises
GLOW Enhanz
Obat Herbal Kanker Usus Halus
Obat Herbal Sipilis
Obat Herbal Alzheimer
Obat Herbal Epilepsi
Obat Herbal Pasca Stroke Berat
Obat Herbal Kanker Hati
Obat Herbal Kanker Pankreas
Obat Herbal Meningitis