Monday, July 23, 2012

TRANSFORMASI IMPLEMENTASI MENDIDIK


“Gw kangen banget ngajar” ucapku pada seorang sahabat. “Rif, walaupun lu ga ngajar di sekolah, tapi lu tetep ngajarin orang, liat gw, liat temen-temen kita yang lain, lu udah ngajarin kita banyak hal, bukan aja ngajarin mata kuliah tapi ngajarin survive dalam kehidupan, nyadarin pentingnya bertanggung jawab terhadap masa kini untuk masa depan, itu semua lebih dari sekedar ngajar di kelas Rif”.

Percakapan itu selalu teringat walau sudah satu tahun yang lalu. Baiklah, aku sekarang adalah seorang mahasiswa psikologi di universitas swasta di Jakarta yang mendapatkan beasiswa penuh 100%. Aktivitas sekarang hanya kuliah, menjadi event organizer dan membuat acara-acara sosial bagi kelompok marginal.

Detik demi detik, hari demi hari, hati ini selalu merindukan mengajar. Mungkin karena sudah menjadi bagian dari kehidupan dan cita-cita, hasrat untuk menjelaskan sesuatu hal baru di depan peserta didik menjadi sebuh kebutuhan primer. Namun aku berpikir, presentasi depan kelas, melakukan penelitian berkelompok, menjadi tutor untuk teman-teman baik formal atau informal, menjadi sahabat yang menginspirasi temannya, menjadi seorang tokoh yang bermanfaat bagi lingkungan. Bukankah itu yang harus juga ditargetkan oleh seorang pendidik?

Panggung seorang pendidik bukan hanya di dalam kelas dan di depan siswa berseragam, implementasinya tidak sesempit itu, namun diluar, dunia ini adalah panggung seorang pendidik untuk mengimplementasikan ilmunya, peserta didiknya adalah semua orang. Menjadi seorang ketua kelas, menjadi seorang manajer, direktur, menajdi seorang ayah, kakak, menjadi seorang koordinator demo, menjadi seorang koordinator pemulung se-DKI, menjadi presiden sampai menjadi Sekjen PBB pun pada hakikatnya kita adalah seorang pendidik.

Tantangan globalisasi membuat transformasi atau perubahan terhadap implementasi dari sebuah proses pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia memang banyak kekurangan, tidak secara optimal mendidik kita menghadapi tantangan global. Tetapi hal ini seharusnya membuat kita tersenyum lebar karena mendapatkan kesempatan untuk mandiri mendidik diri sendiri dan orang-orang sekitar kita dengan lebih bebas dan optimal.

Jika kita sadari, banyak profesi yang merupakan transformasi dari sekedar seorang guru, misalnya konsultan, trainer, motivator dan sebagainya. Mereka semua dibayar tinggi, mengapa? Karena mereka mendidik untuk belajar kehidupan. Apakah kita menginginkan hanya menjadi subjek mereka? No. No. No. kita diberi otak yang sama-sama unlimited capacity, kita hanya perlu menyadarkan diri bahwa kita harus tetap membutuhkan pendidikan, kita harus belajar terus menerus sepanjang hayat kita, menulis dan membaca adalah hal termudah dalam implementasi belajar.

Waktu terus berjalan maju ke depan, yang dapat memanfaatkan waktu, dialah yang akan survive. Masa depan membutuhkan manusia yang terdidik dan dapat mendidik diri sendiri dan orang lain. Kita harus dapat beradaptasi terhadap perubahan, karena perubahan akan tetap selalu terjadi.

Rektor universitas paramadina Anies R. Baswedan pernah mengatakan kita harus memiliki global competency and grassroot understanding. Inilah yang wajib dimiliki seorang pendidik agar layak dicatat dalam buku biografi masing-masing. Menjadi seorang pendidik harus dapat mengimplementasikan apa yang dimilikinya dalam setiap sisi kehidupan. Kita semua adalah pendidik, maka kita bertanggung jawab atas masa depan anak cucu kita, kita harus siap mencetak pendidik-pendidik baru yang mampu menghadapi masa depan. seorang pendidik harus berdoa secara luar biasa, berpikir secara luar biasa, bertindak secara luar biasa, sehingga dia akan menjadi seseorang yang luar biasa karena masa depan di dunia dan surga hanya untuk manusia yang luar biasa.
Menjadi pendidik adalah kebutuhan setiap individu, setiap individu berhak dan berkewajiban menjadi seorang pendidik. Buktinya lihatlah ke kanan, ke kiri, ke belakang dan ke depan kalian. Kita memberi dan menerima, menerima manfaat dan memberi manfaat dari sebuah pengetahuan dan pengalaman. Ingin menjadi pendidik yang baik harus diawali dengan menjadi peserta didik yang baik dulu. Pada hakikatnya, kita merupakan makhluk yang mendidik dan dididik hingga akhir hayat, mari kita melayakkan diri kita untuk itu semua, semoga. 

1 comment: